Diposting oleh Unknown on 10:47:00 AM komentar (0)





Alhamdulillah, alhamdulillah hirobbil’alamin wa shalaatu wa shala asrofil amyar iwar mursalim. Wa’alla alihi was habihi ajma’in amaba’du.
Pertama dan Utama sekali, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul bersama. Dan tidak lupa pula marilah kita ucapkan Shalawat beriringan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menyebar luaskan agama islam di muka bumi ini.
Saya tidak akan memperpanjang kata-kata mukhadimah, marilah kita mulai membuka sebelum membaca dengan membaca “ Basmalah “.
            Semoga dengan membaca sebagian kisah hidup saya, saudara-saudari sekalian seiman bersedia untuk mau menerima keberadaan saya sekeluarga di kehidupan semuanya dengan tangan terbuka dan menerima saya sekeluarga dengan apa adanya. Amin.
Saya dilahirkan dari rahim seorang Ibu Cantik yang beragama Katolik, dengan nama lahir saya adalah “Emmannuella Advencia Dieska Putri Riyanto ( Jakarta Selatan, 26 Desember 1986 )”. Saya adalah anak perempuan pertama dari tiga bersaudara laki-laki.
Keluarga besar dari Mama saya adalah penganut beraneka ragam macam agama ( Kristen Protestan, Katolik dan Islam ). Sedangkan keluarga besar dari Almarhum Papa saya adalah penganut agama yaitu Islam tulen. Namun, setelah almarhum papa saya menikah dengan mama, ketika saya duduk di bangku kelas III SD Strada Wiyatasana Pejaten, saya melihat sendiri kalau almarhum papa baru saja pindah agama katolik di Gereja Pasar Minggu.
Almarhum papa saya berasal dari Solo_Jawa Tengah dan mama saya berasal dari Seragen_Jawa Tengah. Semenjak saya melihat almarhum papa pindah agama katolik, dengan rasa penasarannya di di lubuk hati saya yang begitu mendalam, saya mencari-cari tahu sendiri tanpa Orang Tua saya mengetahuinya niat saya yang mungkin kelak akan mengecewakan dan mempermalukan nama baik mereka berdua sekeluarga. Karena, jikalau mereka sampai tahu, pastinya tidak akan setuju atau memberikan saya izin keluar rumah lagi akan keputusan saya yang tertarik dengan agama islam.
Ketika di kelas III SD Strada Wiyatasana Pejaten saya dipindahkan sekolah oleh mama karena kami sekeluarga pindah rumah dan terlalu jauh untuk saya bersekolah sendirian ke sana, sehingga saya dipindahkan ke sekolah umum yaitu di SDN 08 Pagi Tanjung Barat yang disana mayoritas penganut agama islam. Dari semenjak disitulah saya mulai meminta bantuan kepada teman-teman sekolah untuk mengajari saya pelajaran agama islam, bahkan setiap ada acara Tausyiah di sekolah saya pun turut ikut tanpa rasa malu saya bergabung dengan mereka semua, padahal teman-teman yang lainnya tahu kalau saya beda agama, tetapi alhamdulillah teman-teman semuanya ramah serta santun kepada saya, sehingga membuat saya senang sekali.
Kemudian selepas saya dari SDN 08 Pagi, saya melanjutkan ke SLTP pilihan saya sendiri yaitu di SLTP ST. FRANSISKUS ASISI Menteng Dalam Tebet, akan tetapi selama saya belajar di sekolah tersebut saya tidak merasakan kenyamanan seperti yang saya dapatkan semenjak saya bersekolah di SDN 08 Pagi yang mayoritas agama islam, sehingga saya tidak memperoleh kenyamanan selama proses belajar mengajar disana, Orangtua saya pun tidak tahu karena tidak mau tahu, yang mereka sibukan dan perhatikan adalah Uang dan Pekerjaan saja setiap hari, tanpa memperdulikan kepayahan saya dalam belajar dan pergaulan.
Hingga akhirnya, saya tidak naik kelas pada tahap kelas III dikarenakan saya sama sekali merasa kehampaan bergaul dengan teman-teman seiman, mereka sibuk dengan gengsi tahta dan intelektual saja. Saya yang hanyalah berasal dari kalangan biasa, mereka bersikap dingin atau tidak ramah. Karena, rasa kekecewaan yang mendalam oleh mama ( karena itu adalah sekolah dimana mama saya dahulu membina pendidikan dengan nilai-nilai terbaiknya ), akhirnya mama memutuskan supaya saya pindah sekolah ke sekolah yang lainnya, pada akhirnya saya bersekolah di SLTPN 182 Kalibata dimana saya tetap bisa naik di bangku kelas III dengan cara-cara tertentu yang dilakukan oleh mama supaya saya tidak bersedih hati. Alhamdulillah, sungguuh nyaman saya peroleh pendidikan di SLTPN 182 Kalibata tersebut yang di sana mayoritas penganut agama islam, alhamdulillah saya mampu menghafal satu buku, mampu berhitung matematika dan mengikuti semua pelajaran yang sebelumnya tidak mungkin saya mampu. Teman-temannya pun baik, ramah, santun, tidak pilih-pilih, bahkan netral pergaulannya, sehingga membuat saya senang selama proses belajar mengajar di sekolah itu dengan hati yang ceria dan nyaman sekali.
Dari situlah, secara bertahap-tahap saya semakin mendalami pelajaran agama islam bersama teman-teman yang lainnya, mereka pun dengan senang hati membantu saya. Tanpa membeda-bedakan agama yang saya anut saat itu.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya setelah saya lulus dari SLTA_SMK PGRI 28 Condet tahun 2005 yang lalu, saya sempat juga duduk di bangku perkuliahan yaitu di LP3i Pasar Minggu tahun 2005, namun itu semua punahlah sudah dikarenakan saya memperkokoh niat keberanian untuk Masa Depan saya yang sudah yakin untuk memeluk agama islam dan ingin membuktikan ke almarhum papa yang saat itu masih hidup, jikalau agama islam itu tidaklah seseram yang almarhum papa katakan ke saya, setelah saya akan pindah agama islam.
Di suatu pagi buta jam 04.00 shubuh, gelap-gelap suasananya, saya dengan gagah berani walaupun dengan hati yang penuh pilu meninggalkan rumah tanpa izin dengan siapa pun, hanya dengan bermodalkan uang untuk ongkos sebesar Rp. 30.000 saja di kantong saya. Namun saya percaya selagi langkah hidup pilihan saya ini baik dan niatnya pun sangatlah banyak orang harapkan, insyaallah rezeki itu akan saya peroleh dari izin Allah SWT.
Kemudian saya pergi ke rumah teman jauh saya di Pulo Gadung yang jauh dari rumah jangkauannya, supaya saya tidak tertangkap oleh mama tentunya, alhamdulillah di rumah teman saya itu saya memperoleh sambutan yang baik dari mereka sekeluarga.
Malahan mereka sekeluarga yang memberikan pertama kali beberapa pakaian muslimah, berupa beberapa helai gamis dan jilbab serta kerudung yang kemudian saya kenakan dan sangat membuat saya sangat, sangat merasakan kenyamanan yang tiada tara. Kemudian saya diantarkannya ke rumah seorang Bapak Ustadz yang merupakan tokoh masyarakat di sana, yaitu Ayah Ustadz Abdul Gopur di Pulo Gadung yang kemudian sesampainya di sana saya berikrar untuk pertama kalinya dihadapan keluarga besar Ayah Ustadz Abdul Gopur dan Jamaah Ustadz semua. Supaya saya semakin yakin untuk menganut agama islam tentunya. Kamudian Ayah Ustadz menawarkan ke saya ingin kemana arah tujuan hidup saya selanjutnya, ayah ustadz memberikan usul apakah saya bersedia untuk menjadi anak angkatnya, segala kebutuhan dan keinginnan saya akan dipenuhi termasuk tempat tinggal, namun saya berpikir kembali, kalau saya menerima usul dari ayah ustadz kelak kalau mama saya tahu hal ini, pastinya mama akan lebih-lebih kecewa karena di rumah pun saya lebih mewah dari ini kehidupannya. Saya pun memutuskan untuk menolak usul dari ayah ustadz, saya ingin hidup jauh dari jakarta supaya tidak tertangkap mama dan supaya tidak merepotkan orang banyak disini kelak. Saya meminta diantarkan ke Pesantren Daarut Tauhid Bandung dimana tempat Aa Gym. Di Pesantren Daarut Tauhid lah saya berikrar untuk kedua kalinya dengan disaksikan oleh para jamaah pengajian malam kamis Aa Gym dan disiarkan langsung oleh Radio MQ Fm Bandung ke seluruh penjuru Kota dari sabang sampai merauke.
Beberapa bulan di Bandung, saya dipertemukan seorang jodoh yaitu salah satu Santri Aa Gym, kami bertaaruf dan menikah tanpa pacaran, insyaallah dengan niat ibadah karena Allah SWT dan kami yakin satu sama lainnya kalau kami jodoh dan akan mempertanggung jawabkan semua keputusan kami.

Kenapa saya percaya kepada Allah SWT bukan kepada Tuhan Yesus Kristus ? .........
1.      Dalam surat Ali Imran : 9 berbunyi “ Sesungguhnya agama yang benar pada sisi Allah adalah agama Islam “.
2.      Saya memiliki darah keturunan dari keluarga besar almarhum papa yaitu penganut agama islam.
3.      Setiap kali, saya mendengarkan suara kumandang adzan, saya merasakan sesuatu di dalam lubuk hati saya yang mendalam untuk saya pergi masuk ke dalam masjid dan malas pergi ke gereja.
4.      Setiap kali menjelang Idul Fitri, mama saya tidak lupa menyuruh saya untuk mengantarkan berupa beras untuk membayarkan zakat fitrah atas nama saya sendiri ke masjid di dekat rumah, yang bukanlah kewajiban seorang penganut agama nasrani,
5.      Setelah adik kedua saya di sunat, mama saya meminta tolong supaya bapak-bapak pengajian masjid bersedia untuk datang ke rumah selesai shalat isya untuk mendoakan adik kedua saya yang baru di sunat.
6.      Saya merasakan kenyamanan apabila bergaul dengan teman-teman yang islam ketimbang bergaul dengan teman-teman yang seagama.
7.      Saya merasakan berbeda setiap kali umat islam merayakan hari besarnya, saya merasa senang.


Keajaiban-keajaiban yang Allah SWT berikan kepada saya setelah saya berikrar Muallaf, yaitu : .......
1.      Setelah saya berikrar mengucapkan Dua Kalimat Syahadat “ Asyhadu ‘alla illaahaillallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah “, sebelumnya saya merasakan seperti berat pada kepala saya bagaikan membopong sebuah batu besar dan sepertinya kedua tangan dan kaki saya terikat oleh rantai-rantai yang besar, sehingga membuat saya berat untuk menggerakkan anggota tubuh saya. Namun setelah saya berikrar tiba-tiba berubah menghilang, di saat saya hendak akan berdiri, terasa ringan dan tidak ada beban berat yang saya rasakan seperti sebelumnya. Kemudian, teteh-teteh masjid pun membantu saya untuk berdiri, kemudian Aa Gym bertanya “ Ada apa ? “, lalu saya jawab “ ini, Aa, saya sulit untuk berdiri, badan terasa sangat ringan bagaikan mau terbang badan ini rasanya “. Lalu Aa Gym menjawab : alhamdulillah, itu artinya saat ini Aisyah bagaikan seorang anak bayi yang baru dilahirkan ke dunia tanpa dosa atau suci.
2.      Ketika saya sudah menikah dan sedang dalam keadaan hamil anak pertama dua bulan, saat itu saya hendak mengakhiri dzikir shalat dzuhur di dapur rumah tempat saya tinggal, entah kenapa tiba-tiba saja saya ingin shalat di dapur yang kotor karena mungkin jauh dari suara bising kendaraan bermotor yang lalu lalang di dekat rumah saya tinggal. Ketika saya hendak akan membuka kedua mata saya, saya melihat kalau saya tidak berada di dapur kotor rumah saya tinggal, melainkan di sebuah awan putih seperti kapas rupanya, dengan suasana sunyi dan terasa nyaman serta tenteram, khusunya saya melihat mukenah yang saya kenakan shalat menjadi tampak putih bersinar cantik tanpa noda bercahaya, tanpa ada siapa pun juga. Saya bingung sendiri, saya tidak percaya akan apa yang sedang terjadi kepada saya saat ini, kemudian untuk memastikannya, saya mencoba untuk memejamkan kedua mata saya sejenak, lalu membuka kedua mata saya kembali berharap itu nyata, tapi ternyata saya berada di dapur rumah saya tinggal.
Menurut para Ulama Agama Islam, itu menandakan bahwasannya saya ini memperoleh nikmat bisa singgah ke rumah Allah SWT yaitu di Padang Arafah dan doa serta dzikir saya itu sampai ke Padang Arafah atau kata lainnya Allah SWT meridhoi langkah hidup pilihan saya yaitu menganut agama islam.
Bagagarsyah / Aga ( Saumlaki Maluku, 24 Juni 1989 ) adalah Suami saya satu-satunya saat ini sampai akhir khayat kelak. Orang tuanya sudah berpisah sekian lamanya karena alasan pribadi. Ibunya membawa pergi kedua anak laki-lakinya yaitu Bagagarsyah dan Irwan Geno ke luar kota untuk menghindari ayah kandungnya tersebut.
Ibunya berasal dari Payahkumbuh_Dangung Dangung dan Ayahnya berasal dari Padang_Air Tawar ( Buyutnya dari Karan Aur ). Ibunya adalah seorang PNS dari lulusan IKIP Padang dengan jurusan Bimbingan Penyuluhan / BP, sementara ayahnya seorang Wiraswasta dan Juragan Tanah Rumah Petakan dan Kontrakan sampai sekarang yang hidup bersama kedua istri-istrinya tanpa mengingat anak-anak dari istri pertamanya.
Alhamdulillah, kehidupan saya sekeluarga sudah mengalami banyak lika-liku kepahitan, jatuh bangun kami sendirian, memulai rumah tangga dari nol di sebuah rumah petakan mungil seadanya, kami menjalaninya itu semua dengan ikhlas, sabar dan yakin kepada rezeki yang Allah SWT berikan kepada kami sekeluarga tentunya.
Senang, susah, kenyang, kelaparan, kehausan, tinggal di jalanan, tinggal di dalam rumah, tinggal di surau stasiun kereta api, baik ditolong sesama bahkan diacuhkan oleh sesama. Di fitnah, di caci maki, disayangi, diperdulikan, diremehkan, direndahkan, dikucilkan, diberikan senyuman, dicemberutin, dimusuhi, dicurigai, perihal itu semua sudah kenyang dalam hidup kami rasakan.
Pada bulan April 2009 yang lalu, saya bisa sampai di Pariaman ini, karena ada salah satu Dosen FARMASI MUHAMMADIYAH Jakarta dimana tempat suami saya bekerja menawarkan adanya sebuah pekerjaan sebagai anak kandang ayam potong di Pariaman. Bapak Dosen itu bernama SYOFYAN yang pada saat ini sedang mengajar di UNIVERSITAS ANDALAS Padang.
Namun, pekerjaan anak kandang ayam potong tersebut tidaklah bertahan lama, dikarenakan sedang melewati musim sakit bagi para ayam-ayam potong, sehingga pada akhirnya demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Suami saya diajak warga setempat bekerja di sungai yaitu mengambil pasir dari dalam sungai ke luar sungai dengan menggunakan sebuah sampan dan ember besi yang berat.
Sejak saat itulah, saya berjumpa dengan seorang Mahasiswi STIT SB Pariaman yang bernama Wisnimar yang pada saat ini dia sudah termasuk sebagai Kategori Alumni tahun 2010, karena dialah saya bisa berkenalan dengan Umi Rasyidah.S.pd.M.pd.(C) di Nan Sabaris Sunur.
Alhamdulillah,  semenjak saya berkenalan dengan Umi Rasyidah serta keluarga besarnya, saya sekeluarga bahagia sekali karena Allah SWT mempertemukan saya sekeluarga dengan hamba Allah yang mulia hatinya,  karena mereka semua menganggap saya sekeluarga seperti Keluarganya sendiri.
Kemudian, pada tahun 2010 yang lalu saya berkesempatan bisa merasakan duduk di bangku perkuliahan perdana yaitu di STKIP NASIONAL Pauhkambar ( S1_PGSD ) dimana Umi Rasyidah menjabat sebagai Puket 1 di STKIP NASIONAL Pauhkambar pada saat perdana itu. Namun disayangkannya belumlah rezeki saya membina pendidikan di sana, saya mengalami musibah yang tidak baik yaitu mengalami pendarahan selama dua minggu  tanpa saya ketahui saat itu saya sedang mengandung anak kedua, karena kesibukan aktifitas harian saya sebagai Tenaga Pendidik di PAUD dan sebagai Mahasiswi, tanpa memikirkan kondisi kesehatan diri saya. Tepatnya di terakhir hari ujian semesteran saya sudah tidak kuat lagi menahan rasa penasaran pendarahan itu, di saat saya duduk di dalam kelas menjelang waktu jam ujian akan dimulai, tiba-tiba ada yang terasa keluar dari belakang saya, secepatnya saya berlari ke arah kamar mandi secara perlahan-lahan, ketika saya melihatnya, ternyata ada segumpalan daging mengkerut berwarna merah darah dan terlihat jelas seperti ada bentuk anak cicak yang menyerupai anak cecak dan gayanya seperti jabang bayi, secepatnya saya keluar dan memberitahukan ke semua teman-teman saya yang sedang berkumpul di teras lokal, kemudian diantarkannya saya menuju UGD RSUD Pariaman dengan menggunakan kendaraan roda dua olah Ketua Kelas Lokal saya yaitu Bapak Teguh Pribadi. Di pertengahan perjalanan menuju UGD RSUD Pariaman, saya secepatnya memberikan kabar ke tetangga dekat rumah saya supaya secepatnya memberikan kabar keadaan saya ke suami dan anak saya, supaya menyusul ke UGD RSUD Pariaman dan tidak lupa pula saya menghubungi Umi Rasyidah ( Ibu Angkat saya ), supaya secepatnya menemani saya di UGD RSUD Pariaman, karena saya takut sendirian dan minta diizinkan ke pihak kampus kalau saya tidak bisa mengikuti ujian semester.
( Padahal sudah dibela-belain demi ujian semester dan rencananya selesai ujian semester akan pergi ke UGD RSUD Pariaman sendiri atas saran dari Bapak Amril, seorang Dosen saya dan juga Beliau menjabat sebagai Kepala Tata Usaha di RSUD Pariaman ). Sesampainya di UGD RSUD Pariaman saya menghubungi Bapak Amril dan disuruhnya saya masuk ruang UGD secepatnya dan jangan takut katanya. Saya sendirian di UGD RSUD Pariaman sampai saya dibawa ke ruangan inap di Bangsal belakang, sungguh takutnya, karena belum ada satu pun pihak keluarga yang datang. Kemudian beberapa saat kemudian, datanglah Umi Rasyidah, sungguh tenang hati ini rasanya dan manja ke Umi. Kemudian Umi dengan cemasnya, menghubungi Dokter penjaga bagaimana kelanjutannya mengenai kondisi saya ini ? lalu Umi bicara ke saya jikalau janinnya sudah keluar dan tidak mungkin untuk bisa dipertahankan kehamilan saya yang saat itu masih positif hamil setelah keguguran, sehingga diharusnya untuk di Kuret secepatnya demi kondisi saya stabil. Beberapa waktu kemudian, datanglah suami dan anak saya, mereka berdua sangat ketakutan dan cemas, terutama memikirkan darimana biayanya nanti, karena kami belum sama sekali memiliki tabungan karena  baru beberapa bulan tinggal di Pariaman ini. Awalnya suami saya tidak setuju keputusan Dokter dan Umi untuk menyetujui saya di Kuret, dengan berbagai pemahaman ke suami saya, akhirnya suami saya pun menyetujuinya demi kondisi saya stabil dan demi rahim saya supaya kembali steril dan normal sediakalanya. Akhirnya pun saya menanti waktu di Kuret saat itu juga, alhamdulillah saya memperoleh keringan biaya Kuret dari Bapak Amril dan Umi, Buya, teman-teman perkuliahan dan teman-teman di PAUD bersedia untuk menolong saya. Ya, di Kuret lah saya !!!! saya cemas banget, melihat perawat memegang suntikan besar, saya tiba-tiba tertidur pulas tidak merasakan apa-apa, sampai saya terbangun kembali, yang sebelumnya ramai oleh Dokter dan para perawatnya, saya melihat Umi dan Mursyida di depan hadapan saya. Saya terkejut dan memegang perut saya sambil menangis dipelukan Umi, kata Umi “ikhlaskan y, nak y !”.
Setelah mengalami peristiwa buruk itu membuat saya depresi, kerana sudah lalai dan ceroboh dalam menjaga amanah dari Allah SWT yang dipercayakan kepada saya yang belum tentu bisa semua orang dapatkan tentunya. Hingga pada akhirnya saya memilih untuk beristirahat di rumah, khususnya suami saya pun tidak memperbolehkan saya untuk kembali bekerja termasuk kuliah.
Selain dipertemukan oleh Umi Rasyidah, saya sekeluarga juga dipertemukan oleh Bunda Ani dan Ajo Novriadi Mahmud S.Ag yang saat ini pun alhamdulillah menerima keberadaan saya sekeluarga sebagai keluarganya sendiri.
Syukur alhamdulillah sejak tahun lalu saya menerima uang santunan setiap bulannya dari Ajo Novriadi Mahmud S.Ag sebesar Rp. 100.000 sampai sekarang.
Saya mengharapkan kelak saya akan mengembalikan Almarhum Papa saya ke agama yang dianutnya semenjak lahir yaitu Islam, namun semua itu sudahlah terlambat, dikarenakan Beliau sudah meninggal dunia pada tanggal. 03 September 2013 yang lalu di rumah, dikarenakan sesuatu yangmasih misterius dan belum bisa terjawabkan karena apa meninggalnya.
Pada saat ini, alhamdulillah saya diberikan kesempatan kembali oleh Allah SWT bisa kembali merasakan duduk di bangku perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah, S1_Pendidikan Agama Islam_ semenjak Tahun, 2012. Ya walaupun banyak yang menganggap saya sebelah mata dan ada juga yang mendukung saya, tapi insyaallah dengan langkah inilah saya dapat mempelajari mendalam materi pelajaran agama islam tentunya sesuai harapan saya dan suami saya tentunya, insyaallah dengan niat baik Allah SWT akan memberikan kemudahan kepada saya pastinya, saya yakin dan percaya akan hal itu.  Kalau saya tidak mampu tidak mungkin Allah memberikan saya sebuah kesempatan yang langka ini dan alhamdulillah saya memperoleh Bebas Biaya Perkuliahan, karena dari segi keadaan saya, tidak akan sanggup untuk menanggung biaya perkuliahan dimana pekerjaan suami saya belum tetap.

Dalam surat Al-Baqarah : 256 yang berbunyi :

“ Tidak ada paksaan untuk memasuki agama islam. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada bukul tali yang amat kuat yag tidak akan putus “.
Dan
“ Pada UUD 1945 ada salah satu bunyi pasal yang berbunyi bahwasannya : anak yang berumur 17 tahun ke atas memiliki hak kebebasan dalam menentukan agamanya sendiri “.
Demikianlah, pada prinsip hidup yang saya pilih sendiri disertai dengan rasa tanggung jawab yang tentunya besar, ketika saya memutuskan untuk meninggalkan rumah hanya demi pindah agama islam sampai akhir khayat saya kelak dengan apa pun yang terjadi saya akan tetap mempertahankan akidah saya sekeluarga demi menuju pintu syurga kelak di akhirat yang kekal abadi.
Walaupun ada beberapa hamba Allah yang meragukan pilihan hidup yang saya jalani saat ini, karena ada juga beberapa individu yang lain di luar yang sudah menjadi Muallaf, kemudian karena maslah ekonomi, mereka kembali lagi pada agamanya semula. Jelas berbeda, mereka karena paksaan, karena musibah, karena mengikuti pasangan hidupnya, karena ekonomi, karena situasi yang mengharuskan. Sedangkan saya sendiri Muallaf karena Allah SWT petunjuk gaibnya yang berkali-kali saya terima dan karena yang utamanya adalah memang saya memiliki Darah Keturunan Islam dari keluarga almarhum papa saya dan karena demi menunjukan ke almarhum papa saya, jikalau agama islam itu indah dan nikmat kalau dijalani dengan ikhlas tentunya. Alhamdulillah, saya kategori Muallaf yang tidak cemen dalam menghadapi perjuangan hidup.

Dalam surat Ali-Imran : 29 yang berbunyi :

“ Katakanlah, jika kamu sembunyikan atau kamu terangkan, apa yang ada dalam dadamu itu, tetapi diketahui oleh Allah SWT “.
Jadi yang bisa mengetahui isi hati dan jiwa saya mengenai saya Muallaf adalah Allah SWT bukanlah manusia biasa yang tidak luput dari dosa tentunya.
Pokok dari segala perkara dalam islam tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad. Saya memilih menjadi seorang Muallaf adalah karena Allah atau jihad untuk pilihan hidup masa depan di dunia dan di akhirat. Karena saya percaya dan yakin dengan janji Allah mengenai hal-hal di balik kesulitan pasti akan ada kemudahan dan di setiap dizalimi orang-orang yang tidak bertanggung jawab pasti ada balasannya tersendiri. Syukuri saja hidup yang sudah dimiliki sekarang, karena dengan begituAllah mencintaimu. Karena, Dialah yang paling kaya raya dan murah hati tentunya, ketimbang seorang manusia.
Sikap-sikap yang selalu saya usahakan adalah hindari dari sikap-sikap yang tidak disukai oleh Allah SWT yaitu sebagai berikut :
-          Sikap sombong atau angkuh,
-          Sikap kikir walaupun hidup saat ini dalam keadaan susah,
-          Sikap bergunjing yang tidak dapat dipertanggung jawabkan,
-          Sikap mencampuri urusan orang lain tanpa mengetahui kebenarannya yang terjadi,
-          Sikap acuh tak acuh,
-          Sikap menyakiti perasaan sesama yang beriman khususnya,
-          Sikap memarahi seseorang di depan hadapan banyak oranglain.
Dalam surat Bani Israel : 36  yang berbunyi :
“ Janganlah mengikuti pembicaraan apa yang tidak kamu ketahui “.
Dalam surat Al-Baqarah : 264 yang berbunyi :
“ Hai, orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan si penerima “.

Dalam pepatah Arab menyatakan bahwasannya :
“ Tiap-tiap tempat ada perkataannya dan tiap-tiap ucapan ada tempatnya “
Dan
“ Keselamatan seseorang adalah dengan menjaga lisannya “
Menurut H.R Bukhari dan Muslim adalah .........
“ Sesungguhnya antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya saling melengkapi atau memperkokoh satu sama lainnya “.