Alhamdulillah, alhamdulillah hirobbil’alamin wa shalaatu wa shala
asrofil amyar iwar mursalim. Wa’alla alihi was habihi ajma’in amaba’du.
Pertama dan
Utama sekali, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan nikmat dan kesehatan kepada kita semua, sehingga kita dapat
berkumpul bersama. Dan tidak lupa pula marilah kita ucapkan Shalawat beriringan
salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menyebar luaskan agama islam di
muka bumi ini.
Saya tidak akan
memperpanjang kata-kata mukhadimah, marilah kita mulai membuka sebelum membaca
dengan membaca “ Basmalah “.
Semoga dengan
membaca sebagian kisah hidup saya, saudara-saudari sekalian seiman bersedia
untuk mau menerima keberadaan saya sekeluarga di kehidupan semuanya dengan
tangan terbuka dan menerima saya sekeluarga dengan apa adanya. Amin.
Saya dilahirkan
dari rahim seorang Ibu Cantik yang beragama Katolik, dengan nama lahir saya
adalah “Emmannuella Advencia Dieska Putri Riyanto ( Jakarta Selatan, 26
Desember 1986 )”. Saya adalah anak perempuan pertama dari tiga bersaudara
laki-laki.
Keluarga besar
dari Mama saya adalah penganut beraneka ragam macam agama ( Kristen Protestan,
Katolik dan Islam ). Sedangkan keluarga besar dari Almarhum Papa saya adalah
penganut agama yaitu Islam tulen. Namun, setelah almarhum papa saya menikah
dengan mama, ketika saya duduk di bangku kelas III SD Strada Wiyatasana
Pejaten, saya melihat sendiri kalau almarhum papa baru saja pindah agama
katolik di Gereja Pasar Minggu.
Almarhum papa
saya berasal dari Solo_Jawa Tengah dan mama saya berasal dari Seragen_Jawa
Tengah. Semenjak saya melihat almarhum papa pindah agama katolik, dengan rasa
penasarannya di di lubuk hati saya yang begitu mendalam, saya mencari-cari tahu
sendiri tanpa Orang Tua saya mengetahuinya niat saya yang mungkin kelak akan
mengecewakan dan mempermalukan nama baik mereka berdua sekeluarga. Karena,
jikalau mereka sampai tahu, pastinya tidak akan setuju atau memberikan saya
izin keluar rumah lagi akan keputusan saya yang tertarik dengan agama islam.
Ketika di kelas
III SD Strada Wiyatasana Pejaten saya dipindahkan sekolah oleh mama karena kami
sekeluarga pindah rumah dan terlalu jauh untuk saya bersekolah sendirian ke
sana, sehingga saya dipindahkan ke sekolah umum yaitu di SDN 08 Pagi Tanjung
Barat yang disana mayoritas penganut agama islam. Dari semenjak disitulah saya
mulai meminta bantuan kepada teman-teman sekolah untuk mengajari saya pelajaran
agama islam, bahkan setiap ada acara Tausyiah di sekolah saya pun turut ikut
tanpa rasa malu saya bergabung dengan mereka semua, padahal teman-teman yang
lainnya tahu kalau saya beda agama, tetapi alhamdulillah teman-teman semuanya ramah
serta santun kepada saya, sehingga membuat saya senang sekali.
Kemudian
selepas saya dari SDN 08 Pagi, saya melanjutkan ke SLTP pilihan saya sendiri
yaitu di SLTP ST. FRANSISKUS ASISI Menteng Dalam Tebet, akan tetapi selama saya
belajar di sekolah tersebut saya tidak merasakan kenyamanan seperti yang saya
dapatkan semenjak saya bersekolah di SDN 08 Pagi yang mayoritas agama islam,
sehingga saya tidak memperoleh kenyamanan selama proses belajar mengajar
disana, Orangtua saya pun tidak tahu karena tidak mau tahu, yang mereka sibukan
dan perhatikan adalah Uang dan Pekerjaan saja setiap hari, tanpa memperdulikan
kepayahan saya dalam belajar dan pergaulan.
Hingga
akhirnya, saya tidak naik kelas pada tahap kelas III dikarenakan saya sama
sekali merasa kehampaan bergaul dengan teman-teman seiman, mereka sibuk dengan
gengsi tahta dan intelektual saja. Saya yang hanyalah berasal dari kalangan
biasa, mereka bersikap dingin atau tidak ramah. Karena, rasa kekecewaan yang
mendalam oleh mama ( karena itu adalah sekolah dimana mama saya dahulu membina
pendidikan dengan nilai-nilai terbaiknya ), akhirnya mama memutuskan supaya
saya pindah sekolah ke sekolah yang lainnya, pada akhirnya saya bersekolah di
SLTPN 182 Kalibata dimana saya tetap bisa naik di bangku kelas III dengan
cara-cara tertentu yang dilakukan oleh mama supaya saya tidak bersedih hati.
Alhamdulillah, sungguuh nyaman saya peroleh pendidikan di SLTPN 182 Kalibata
tersebut yang di sana mayoritas penganut agama islam, alhamdulillah saya mampu
menghafal satu buku, mampu berhitung matematika dan mengikuti semua pelajaran
yang sebelumnya tidak mungkin saya mampu. Teman-temannya pun baik, ramah,
santun, tidak pilih-pilih, bahkan netral pergaulannya, sehingga membuat saya
senang selama proses belajar mengajar di sekolah itu dengan hati yang ceria dan
nyaman sekali.
Dari situlah,
secara bertahap-tahap saya semakin mendalami pelajaran agama islam bersama
teman-teman yang lainnya, mereka pun dengan senang hati membantu saya. Tanpa
membeda-bedakan agama yang saya anut saat itu.
Beberapa tahun
kemudian, tepatnya setelah saya lulus dari SLTA_SMK PGRI 28 Condet tahun 2005
yang lalu, saya sempat juga duduk di bangku perkuliahan yaitu di LP3i Pasar
Minggu tahun 2005, namun itu semua punahlah sudah dikarenakan saya memperkokoh
niat keberanian untuk Masa Depan saya yang sudah yakin untuk memeluk agama
islam dan ingin membuktikan ke almarhum papa yang saat itu masih hidup, jikalau
agama islam itu tidaklah seseram yang almarhum papa katakan ke saya, setelah
saya akan pindah agama islam.
Di suatu pagi
buta jam 04.00 shubuh, gelap-gelap suasananya, saya dengan gagah berani
walaupun dengan hati yang penuh pilu meninggalkan rumah tanpa izin dengan siapa
pun, hanya dengan bermodalkan uang untuk ongkos sebesar Rp. 30.000 saja di
kantong saya. Namun saya percaya selagi langkah hidup pilihan saya ini baik dan
niatnya pun sangatlah banyak orang harapkan, insyaallah rezeki itu akan saya
peroleh dari izin Allah SWT.
Kemudian saya
pergi ke rumah teman jauh saya di Pulo Gadung yang jauh dari rumah
jangkauannya, supaya saya tidak tertangkap oleh mama tentunya, alhamdulillah di
rumah teman saya itu saya memperoleh sambutan yang baik dari mereka sekeluarga.
Malahan mereka
sekeluarga yang memberikan pertama kali beberapa pakaian muslimah, berupa beberapa
helai gamis dan jilbab serta kerudung yang kemudian saya kenakan dan sangat
membuat saya sangat, sangat merasakan kenyamanan yang tiada tara. Kemudian saya
diantarkannya ke rumah seorang Bapak Ustadz yang merupakan tokoh masyarakat di
sana, yaitu Ayah Ustadz Abdul Gopur di Pulo Gadung yang kemudian sesampainya di
sana saya berikrar untuk pertama kalinya dihadapan keluarga besar Ayah Ustadz
Abdul Gopur dan Jamaah Ustadz semua. Supaya saya semakin yakin untuk menganut
agama islam tentunya. Kamudian Ayah Ustadz menawarkan ke saya ingin kemana arah
tujuan hidup saya selanjutnya, ayah ustadz memberikan usul apakah saya bersedia
untuk menjadi anak angkatnya, segala kebutuhan dan keinginnan saya akan
dipenuhi termasuk tempat tinggal, namun saya berpikir kembali, kalau saya
menerima usul dari ayah ustadz kelak kalau mama saya tahu hal ini, pastinya
mama akan lebih-lebih kecewa karena di rumah pun saya lebih mewah dari ini
kehidupannya. Saya pun memutuskan untuk menolak usul dari ayah ustadz, saya
ingin hidup jauh dari jakarta supaya tidak tertangkap mama dan supaya tidak
merepotkan orang banyak disini kelak. Saya meminta diantarkan ke Pesantren
Daarut Tauhid Bandung dimana tempat Aa Gym. Di Pesantren Daarut Tauhid lah saya
berikrar untuk kedua kalinya dengan disaksikan oleh para jamaah pengajian malam
kamis Aa Gym dan disiarkan langsung oleh Radio MQ Fm Bandung ke seluruh penjuru
Kota dari sabang sampai merauke.
Beberapa bulan
di Bandung, saya dipertemukan seorang jodoh yaitu salah satu Santri Aa Gym,
kami bertaaruf dan menikah tanpa pacaran, insyaallah dengan niat ibadah karena
Allah SWT dan kami yakin satu sama lainnya kalau kami jodoh dan akan
mempertanggung jawabkan semua keputusan kami.
Kenapa saya
percaya kepada Allah SWT bukan kepada Tuhan Yesus Kristus ? .........
1.
Dalam surat Ali Imran : 9 berbunyi “ Sesungguhnya agama yang benar
pada sisi Allah adalah agama Islam “.
2.
Saya memiliki darah keturunan dari keluarga besar almarhum papa
yaitu penganut agama islam.
3.
Setiap kali, saya mendengarkan suara kumandang adzan, saya
merasakan sesuatu di dalam lubuk hati saya yang mendalam untuk saya pergi masuk
ke dalam masjid dan malas pergi ke gereja.
4.
Setiap kali menjelang Idul Fitri, mama saya tidak lupa menyuruh
saya untuk mengantarkan berupa beras untuk membayarkan zakat fitrah atas nama
saya sendiri ke masjid di dekat rumah, yang bukanlah kewajiban seorang penganut
agama nasrani,
5.
Setelah adik kedua saya di sunat, mama saya meminta tolong supaya
bapak-bapak pengajian masjid bersedia untuk datang ke rumah selesai shalat isya
untuk mendoakan adik kedua saya yang baru di sunat.
6.
Saya merasakan kenyamanan apabila bergaul dengan teman-teman yang
islam ketimbang bergaul dengan teman-teman yang seagama.
7.
Saya merasakan berbeda setiap kali umat islam merayakan hari besarnya,
saya merasa senang.
Keajaiban-keajaiban
yang Allah SWT berikan kepada saya setelah saya berikrar Muallaf, yaitu :
.......
1.
Setelah saya berikrar mengucapkan Dua Kalimat Syahadat “ Asyhadu ‘alla
illaahaillallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah “, sebelumnya saya
merasakan seperti berat pada kepala saya bagaikan membopong sebuah batu besar
dan sepertinya kedua tangan dan kaki saya terikat oleh rantai-rantai yang
besar, sehingga membuat saya berat untuk menggerakkan anggota tubuh saya. Namun
setelah saya berikrar tiba-tiba berubah menghilang, di saat saya hendak akan
berdiri, terasa ringan dan tidak ada beban berat yang saya rasakan seperti
sebelumnya. Kemudian, teteh-teteh masjid pun membantu saya untuk berdiri,
kemudian Aa Gym bertanya “ Ada apa ? “, lalu saya jawab “ ini, Aa, saya sulit
untuk berdiri, badan terasa sangat ringan bagaikan mau terbang badan ini
rasanya “. Lalu Aa Gym menjawab : alhamdulillah, itu artinya saat ini Aisyah
bagaikan seorang anak bayi yang baru dilahirkan ke dunia tanpa dosa atau suci.
2.
Ketika saya sudah menikah dan sedang dalam keadaan hamil anak
pertama dua bulan, saat itu saya hendak mengakhiri dzikir shalat dzuhur di
dapur rumah tempat saya tinggal, entah kenapa tiba-tiba saja saya ingin shalat
di dapur yang kotor karena mungkin jauh dari suara bising kendaraan bermotor
yang lalu lalang di dekat rumah saya tinggal. Ketika saya hendak akan membuka
kedua mata saya, saya melihat kalau saya tidak berada di dapur kotor rumah saya
tinggal, melainkan di sebuah awan putih seperti kapas rupanya, dengan suasana
sunyi dan terasa nyaman serta tenteram, khusunya saya melihat mukenah yang saya
kenakan shalat menjadi tampak putih bersinar cantik tanpa noda bercahaya, tanpa
ada siapa pun juga. Saya bingung sendiri, saya tidak percaya akan apa yang
sedang terjadi kepada saya saat ini, kemudian untuk memastikannya, saya mencoba
untuk memejamkan kedua mata saya sejenak, lalu membuka kedua mata saya kembali
berharap itu nyata, tapi ternyata saya berada di dapur rumah saya tinggal.
Menurut
para Ulama Agama Islam, itu menandakan bahwasannya saya ini memperoleh nikmat
bisa singgah ke rumah Allah SWT yaitu di Padang Arafah dan doa serta dzikir
saya itu sampai ke Padang Arafah atau kata lainnya Allah SWT meridhoi langkah
hidup pilihan saya yaitu menganut agama islam.
Bagagarsyah /
Aga ( Saumlaki Maluku, 24 Juni 1989 ) adalah Suami saya satu-satunya saat ini
sampai akhir khayat kelak. Orang tuanya sudah berpisah sekian lamanya karena
alasan pribadi. Ibunya membawa pergi kedua anak laki-lakinya yaitu Bagagarsyah
dan Irwan Geno ke luar kota untuk menghindari ayah kandungnya tersebut.
Ibunya berasal
dari Payahkumbuh_Dangung Dangung dan Ayahnya berasal dari Padang_Air Tawar (
Buyutnya dari Karan Aur ). Ibunya adalah seorang PNS dari lulusan IKIP Padang
dengan jurusan Bimbingan Penyuluhan / BP, sementara ayahnya seorang Wiraswasta
dan Juragan Tanah Rumah Petakan dan Kontrakan sampai sekarang yang hidup
bersama kedua istri-istrinya tanpa mengingat anak-anak dari istri pertamanya.
Alhamdulillah,
kehidupan saya sekeluarga sudah mengalami banyak lika-liku kepahitan, jatuh
bangun kami sendirian, memulai rumah tangga dari nol di sebuah rumah petakan
mungil seadanya, kami menjalaninya itu semua dengan ikhlas, sabar dan yakin
kepada rezeki yang Allah SWT berikan kepada kami sekeluarga tentunya.
Senang, susah,
kenyang, kelaparan, kehausan, tinggal di jalanan, tinggal di dalam rumah,
tinggal di surau stasiun kereta api, baik ditolong sesama bahkan diacuhkan oleh
sesama. Di fitnah, di caci maki, disayangi, diperdulikan, diremehkan,
direndahkan, dikucilkan, diberikan senyuman, dicemberutin, dimusuhi, dicurigai,
perihal itu semua sudah kenyang dalam hidup kami rasakan.
Pada bulan
April 2009 yang lalu, saya bisa sampai di Pariaman ini, karena ada salah satu
Dosen FARMASI MUHAMMADIYAH Jakarta dimana tempat suami saya bekerja menawarkan
adanya sebuah pekerjaan sebagai anak kandang ayam potong di Pariaman. Bapak
Dosen itu bernama SYOFYAN yang pada saat ini sedang mengajar di UNIVERSITAS
ANDALAS Padang.
Namun,
pekerjaan anak kandang ayam potong tersebut tidaklah bertahan lama, dikarenakan
sedang melewati musim sakit bagi para ayam-ayam potong, sehingga pada akhirnya
demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Suami saya
diajak warga setempat bekerja di sungai yaitu mengambil pasir dari dalam sungai
ke luar sungai dengan menggunakan sebuah sampan dan ember besi yang berat.
Sejak saat
itulah, saya berjumpa dengan seorang Mahasiswi STIT SB Pariaman yang bernama
Wisnimar yang pada saat ini dia sudah termasuk sebagai Kategori Alumni tahun
2010, karena dialah saya bisa berkenalan dengan Umi Rasyidah.S.pd.M.pd.(C) di
Nan Sabaris Sunur.
Alhamdulillah, semenjak saya berkenalan dengan Umi Rasyidah
serta keluarga besarnya, saya sekeluarga bahagia sekali karena Allah SWT
mempertemukan saya sekeluarga dengan hamba Allah yang mulia hatinya, karena mereka semua menganggap saya
sekeluarga seperti Keluarganya sendiri.
Kemudian, pada
tahun 2010 yang lalu saya berkesempatan bisa merasakan duduk di bangku
perkuliahan perdana yaitu di STKIP NASIONAL Pauhkambar ( S1_PGSD ) dimana Umi
Rasyidah menjabat sebagai Puket 1 di STKIP NASIONAL Pauhkambar pada saat
perdana itu. Namun disayangkannya belumlah rezeki saya membina pendidikan di
sana, saya mengalami musibah yang tidak baik yaitu mengalami pendarahan selama
dua minggu tanpa saya ketahui saat itu
saya sedang mengandung anak kedua, karena kesibukan aktifitas harian saya
sebagai Tenaga Pendidik di PAUD dan sebagai Mahasiswi, tanpa memikirkan kondisi
kesehatan diri saya. Tepatnya di terakhir hari ujian semesteran saya sudah
tidak kuat lagi menahan rasa penasaran pendarahan itu, di saat saya duduk di
dalam kelas menjelang waktu jam ujian akan dimulai, tiba-tiba ada yang terasa
keluar dari belakang saya, secepatnya saya berlari ke arah kamar mandi secara
perlahan-lahan, ketika saya melihatnya, ternyata ada segumpalan daging
mengkerut berwarna merah darah dan terlihat jelas seperti ada bentuk anak cicak
yang menyerupai anak cecak dan gayanya seperti jabang bayi, secepatnya saya
keluar dan memberitahukan ke semua teman-teman saya yang sedang berkumpul di
teras lokal, kemudian diantarkannya saya menuju UGD RSUD Pariaman dengan
menggunakan kendaraan roda dua olah Ketua Kelas Lokal saya yaitu Bapak Teguh
Pribadi. Di pertengahan perjalanan menuju UGD RSUD Pariaman, saya secepatnya
memberikan kabar ke tetangga dekat rumah saya supaya secepatnya memberikan
kabar keadaan saya ke suami dan anak saya, supaya menyusul ke UGD RSUD Pariaman
dan tidak lupa pula saya menghubungi Umi Rasyidah ( Ibu Angkat saya ), supaya
secepatnya menemani saya di UGD RSUD Pariaman, karena saya takut sendirian dan
minta diizinkan ke pihak kampus kalau saya tidak bisa mengikuti ujian semester.
( Padahal sudah
dibela-belain demi ujian semester dan rencananya selesai ujian semester akan
pergi ke UGD RSUD Pariaman sendiri atas saran dari Bapak Amril, seorang Dosen
saya dan juga Beliau menjabat sebagai Kepala Tata Usaha di RSUD Pariaman ).
Sesampainya di UGD RSUD Pariaman saya menghubungi Bapak Amril dan disuruhnya
saya masuk ruang UGD secepatnya dan jangan takut katanya. Saya sendirian di UGD
RSUD Pariaman sampai saya dibawa ke ruangan inap di Bangsal belakang, sungguh
takutnya, karena belum ada satu pun pihak keluarga yang datang. Kemudian
beberapa saat kemudian, datanglah Umi Rasyidah, sungguh tenang hati ini rasanya
dan manja ke Umi. Kemudian Umi dengan cemasnya, menghubungi Dokter penjaga
bagaimana kelanjutannya mengenai kondisi saya ini ? lalu Umi bicara ke saya
jikalau janinnya sudah keluar dan tidak mungkin untuk bisa dipertahankan
kehamilan saya yang saat itu masih positif hamil setelah keguguran, sehingga
diharusnya untuk di Kuret secepatnya demi kondisi saya stabil. Beberapa waktu
kemudian, datanglah suami dan anak saya, mereka berdua sangat ketakutan dan
cemas, terutama memikirkan darimana biayanya nanti, karena kami belum sama
sekali memiliki tabungan karena baru
beberapa bulan tinggal di Pariaman ini. Awalnya suami saya tidak setuju
keputusan Dokter dan Umi untuk menyetujui saya di Kuret, dengan berbagai
pemahaman ke suami saya, akhirnya suami saya pun menyetujuinya demi kondisi
saya stabil dan demi rahim saya supaya kembali steril dan normal sediakalanya.
Akhirnya pun saya menanti waktu di Kuret saat itu juga, alhamdulillah saya
memperoleh keringan biaya Kuret dari Bapak Amril dan Umi, Buya, teman-teman
perkuliahan dan teman-teman di PAUD bersedia untuk menolong saya. Ya, di Kuret
lah saya !!!! saya cemas banget, melihat perawat memegang suntikan besar, saya
tiba-tiba tertidur pulas tidak merasakan apa-apa, sampai saya terbangun
kembali, yang sebelumnya ramai oleh Dokter dan para perawatnya, saya melihat
Umi dan Mursyida di depan hadapan saya. Saya terkejut dan memegang perut saya
sambil menangis dipelukan Umi, kata Umi “ikhlaskan y, nak y !”.
Setelah
mengalami peristiwa buruk itu membuat saya depresi, kerana sudah lalai dan
ceroboh dalam menjaga amanah dari Allah SWT yang dipercayakan kepada saya yang
belum tentu bisa semua orang dapatkan tentunya. Hingga pada akhirnya saya
memilih untuk beristirahat di rumah, khususnya suami saya pun tidak memperbolehkan
saya untuk kembali bekerja termasuk kuliah.
Selain
dipertemukan oleh Umi Rasyidah, saya sekeluarga juga dipertemukan oleh Bunda
Ani dan Ajo Novriadi Mahmud S.Ag yang saat ini pun alhamdulillah menerima
keberadaan saya sekeluarga sebagai keluarganya sendiri.
Syukur
alhamdulillah sejak tahun lalu saya menerima uang santunan setiap bulannya dari
Ajo Novriadi Mahmud S.Ag sebesar Rp. 100.000 sampai sekarang.
Saya
mengharapkan kelak saya akan mengembalikan Almarhum Papa saya ke agama yang
dianutnya semenjak lahir yaitu Islam, namun semua itu sudahlah terlambat,
dikarenakan Beliau sudah meninggal dunia pada tanggal. 03 September 2013 yang
lalu di rumah, dikarenakan sesuatu yangmasih misterius dan belum bisa
terjawabkan karena apa meninggalnya.
Pada saat ini,
alhamdulillah saya diberikan kesempatan kembali oleh Allah SWT bisa kembali
merasakan duduk di bangku perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah,
S1_Pendidikan Agama Islam_ semenjak Tahun, 2012. Ya walaupun banyak yang
menganggap saya sebelah mata dan ada juga yang mendukung saya, tapi insyaallah
dengan langkah inilah saya dapat mempelajari mendalam materi pelajaran agama
islam tentunya sesuai harapan saya dan suami saya tentunya, insyaallah dengan
niat baik Allah SWT akan memberikan kemudahan kepada saya pastinya, saya yakin
dan percaya akan hal itu. Kalau saya
tidak mampu tidak mungkin Allah memberikan saya sebuah kesempatan yang langka
ini dan alhamdulillah saya memperoleh Bebas Biaya Perkuliahan, karena dari segi
keadaan saya, tidak akan sanggup untuk menanggung biaya perkuliahan dimana
pekerjaan suami saya belum tetap.
Dalam surat
Al-Baqarah : 256 yang berbunyi :
“ Tidak ada paksaan untuk memasuki agama islam. Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada bukul tali yang amat kuat yag tidak akan putus “.
Dan
“ Pada UUD 1945 ada salah satu bunyi pasal yang berbunyi
bahwasannya : anak yang berumur 17 tahun ke atas memiliki hak kebebasan dalam
menentukan agamanya sendiri “.
Demikianlah,
pada prinsip hidup yang saya pilih sendiri disertai dengan rasa tanggung jawab
yang tentunya besar, ketika saya memutuskan untuk meninggalkan rumah hanya demi
pindah agama islam sampai akhir khayat saya kelak dengan apa pun yang terjadi
saya akan tetap mempertahankan akidah saya sekeluarga demi menuju pintu syurga
kelak di akhirat yang kekal abadi.
Walaupun ada
beberapa hamba Allah yang meragukan pilihan hidup yang saya jalani saat ini,
karena ada juga beberapa individu yang lain di luar yang sudah menjadi Muallaf,
kemudian karena maslah ekonomi, mereka kembali lagi pada agamanya semula. Jelas
berbeda, mereka karena paksaan, karena musibah, karena mengikuti pasangan
hidupnya, karena ekonomi, karena situasi yang mengharuskan. Sedangkan saya
sendiri Muallaf karena Allah SWT petunjuk gaibnya yang berkali-kali saya terima
dan karena yang utamanya adalah memang saya memiliki Darah Keturunan Islam dari
keluarga almarhum papa saya dan karena demi menunjukan ke almarhum papa saya,
jikalau agama islam itu indah dan nikmat kalau dijalani dengan ikhlas tentunya.
Alhamdulillah, saya kategori Muallaf yang tidak cemen dalam menghadapi
perjuangan hidup.
Dalam surat
Ali-Imran : 29 yang berbunyi :
“ Katakanlah, jika kamu sembunyikan atau kamu terangkan, apa yang
ada dalam dadamu itu, tetapi diketahui oleh Allah SWT “.
Jadi yang bisa
mengetahui isi hati dan jiwa saya mengenai saya Muallaf adalah Allah SWT
bukanlah manusia biasa yang tidak luput dari dosa tentunya.
Pokok dari
segala perkara dalam islam tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad.
Saya memilih menjadi seorang Muallaf adalah karena Allah atau jihad untuk
pilihan hidup masa depan di dunia dan di akhirat. Karena saya percaya dan yakin
dengan janji Allah mengenai hal-hal di balik kesulitan pasti akan ada kemudahan
dan di setiap dizalimi orang-orang yang tidak bertanggung jawab pasti ada
balasannya tersendiri. Syukuri saja hidup yang sudah dimiliki sekarang, karena
dengan begituAllah mencintaimu. Karena, Dialah yang paling kaya raya dan murah
hati tentunya, ketimbang seorang manusia.
Sikap-sikap
yang selalu saya usahakan adalah hindari dari sikap-sikap yang tidak disukai
oleh Allah SWT yaitu sebagai berikut :
-
Sikap sombong atau angkuh,
-
Sikap kikir walaupun hidup saat ini dalam keadaan susah,
-
Sikap bergunjing yang tidak dapat dipertanggung jawabkan,
-
Sikap mencampuri urusan orang lain tanpa mengetahui kebenarannya
yang terjadi,
-
Sikap acuh tak acuh,
-
Sikap menyakiti perasaan sesama yang beriman khususnya,
-
Sikap memarahi seseorang di depan hadapan banyak oranglain.
Dalam surat
Bani Israel : 36 yang berbunyi :
“ Janganlah mengikuti pembicaraan apa yang tidak kamu ketahui “.
Dalam surat
Al-Baqarah : 264 yang berbunyi :
“ Hai, orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala
sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan si penerima “.
Dalam pepatah
Arab menyatakan bahwasannya :
“ Tiap-tiap tempat ada perkataannya dan tiap-tiap ucapan ada
tempatnya “
Dan
“ Keselamatan seseorang adalah dengan menjaga lisannya “
Menurut H.R
Bukhari dan Muslim adalah .........
“ Sesungguhnya antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya saling
melengkapi atau memperkokoh satu sama lainnya “.